Senin, 21 November 2011

Belajar dari Semut

Bila kita melihat semut, maka hidupnya senantiasa bergotong royong. Semut yang ukurannya sangat kecil memiliki segudang sifat yang sangat mulia. Semut selalu berkoordinasi dalam menemukan makanan ataupun membangun sarangnya. Sehingga, ketepatan dan keharmonisan bentuk sarangnya dapat terjaga dengan baik. Semut juga bekerja sama dalam membangun sarangnya yang kokoh. Perhitungan kekuatan dari sarang ini sangat akurat. Semut senantiasa membawa manfaat bagi makhluk lainnya. Hal ini tak terbantahkan lagi, semut membangun sarangnya di dalam tanah, dapat membuat pori-pori tanah membesar. Sehingga, air dapat melalui pori-pori tanah dan dapat diserap oleh tumbuhan. Sungguh sebuah keistimewaan yang tiada terkira.
Itulah keadilan yang diberikan Allah kepada setiap makhluknya, kecil ukurannya tak berarti kecil hatinya. Salah satu sifat mulia semut adalah kejujuran. Tahukah kita dimanakah letak kejujuran yang dimiliki oleh semut?
Pernahkah kita mengamati bagaimana semut jika sedang mendapati segunung makanan? Hal pertama yang semut tersebut lakukan adalah memanggil teman-teman mereka. Bahkan dari sumber mengatakan, mereka memanggil koloni mereka sampai 3 kali, tentu saja banyak teman yang dipanggil sesuai dengan jumlah makanan yang ditemukan. Dari hal inilah tercermin betapa jujurnya semut itu. Kalau mau, jika satu semut menemukan makanan, langsung dimakan sendiri saja, kenapa harus repot-repot memanggil koloni hanya karena mereka adalah semut pekerja?
Sifat kejujuran lainnya tercermin dari pembagian tugas (kasta). Bagaimana tidak jujur, setiap semut selalu bekerja sesuai dengan kasta yang mereka jabat, entah itu semut pekerja (pencari makanan, pembangun sarang), semut penjaga, sampai dengan semut petelur/ratu. Bahkan tak sempat terpintas sedikitpun dibenak mereka untuk menyalahi tugas mereka masing-masing. Subhaanallah, luar biasa.
Mulai sekaranglah kita harus introspeksi diri apakah kejujuran sudah benar-benar tertanam dalam hati kita dan telah kita realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena untuk era seperti ini, agaknya kejujuran itu sangatlah langka ditemui. Bahkan sampai ada pepatah baru, “orang yang jujur sulit bertahan di era yang serba aneh ini”.
Marilah kita tanamkan kejujuran dalam diri kita, terutama pada adik-adik dan generasi penerus bangsa lainnnya. Mari belajar dari semut, karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini bisa kita jadikan sebagai sumber pembelajaran.
Alangkah indahnya bila kita mampu menanamkan sifat jujur, gotong royong, bekerjasama, dimana pun kita berada dan selalu mengutamakan kepentingan bersama ketimbang kepentingan pribadi atau golongan.
(Maralah angkatan itu) hingga apabila mereka sampai ke "Waadin-Naml", berkatalah seekor semut: "Wahai sekalian semut, masuklah ke sarang kamu masing-masing, jangan Sulaiman dan tenteranya memijak serta membinasakan kamu, sedang mereka tidak menyedari".
Maka tersenyumlah Nabi Sulaiman mendengar kata-kata semut itu, dan berdoa dengan berkata:" Wahai Tuhanku, ilhamkanlah daku supaya tetap bersyukur akan nikmatMu yang Engkau kurniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku, dan supaya aku tetap mengerjakan amal soleh yang Engkau redai; dan masukkanlah daku - dengan limpah rahmatMu - dalam kumpulan hamba-hambaMu yang soleh". (QS. An-Naml : 18-19)
by: Abu Mumtaza

Tidak ada komentar:

Posting Komentar